“Batuk rejan sangat menular dan mengancam nyawa, terutama bila dialami oleh bayi atau anak-anak.”

Batuk rejan atau pertusis merupakan penyakit pernapasan yang mudah menular. Apabila tidak segera ditangani, batuk rejan bisa berlangsung hingga tiga bulan.
Semua orang berisiko mengalami batuk rejan, mulai dari bayi hingga orang dewasa. Pada bayi, penyakit ini bisa memicu timbulnya suara rejan, terutama saat batuk menyerang. Sementara itu, pada usia remaja dan dewasa, batuk rejan umumnya lebih ringan.
Supaya kamu terhindar dari penyakit ini, kenali lebih jauh mengenai gejalanya serta cara menghilangkan batuk rejan. Simak ulasan selengkapnya pada artikel berikut ini!
Apa Itu Batuk Rejan?
Batuk Rejan adalah jenis infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini ditandai dengan batuk yang disertai suara tarikan napas tinggi, terdengar mirip seperti “whoop”.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, batuk rejan adalah penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian, terutama pada anak di bawah usia dua tahun jika tidak ditangani dengan segera.
Anak-anak yang mengidap batuk rejan memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan seperti dehidrasi, kesulitan bernapas, kejang, hingga radang paru-paru.
Sementara itu, batuk terus-menerus pada remaja atau orang dewasa bisa memicu sakit tulang rusuk, infeksi telinga, hingga inkontinensia urine atau keluarnya urine saat batuk.
Waspadai Penyebab Batuk Rejan
Batuk rejan umumnya disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Namun, pada beberapa kondisi, batuk ini juga bisa dipicu oleh infeksi bakteri Bordetella parapertussis.
Penyakit ini bisa dengan mudah menular melalui droplet atau cipratan air liur, yang berasal dari batuk atau bersin orang yang mengidap batuk rejan.
Jadi, ketika seseorang mengalami bersin atau batuk terus menerus, artinya ada kandungan bakteri dalam droplet yang dapat menyebar ke udara, dan berisiko dihirup oleh orang lain.
Kenali Berbagai Gejala Batuk Rejan
Gejala awal batuk rejan sebenarnya hampir mirip seperti flu biasa. Hal ini yang terkadang membuat orang tidak mewaspadai batuk rejan, karena dianggap bisa mereda dengan sendirinya.
Gejala biasanya baru muncul 5-10 hari setelah seseorang terpapar bakteri batuk rejan. Bahkan, terkadang gejala tidak muncul hingga 3 minggu.
Gejala batuk rejan dibagi menjadi 3 fase, di antaranya:
- Fase catarrhal: Hidung tersumbat, pilek, bersin, demam, dan mata merah.
- Fase paroksismal: Pengidap mengalami batuk terus menerus disertai suara tarikan napas yang khas, batuk lebih sering di malam hari, kulit kebiruan, kesulitan bernapas, dahak disertai muntah.
- Fase konvalesens: Batuk terus menerus yang kemudian mulai mereda. Namun fase ini bisa bertahan hingga beberapa minggu.
Cara Menghilangkan Batuk Rejan
Mendiagnosis batuk rejan memang tidaklah mudah, karena gejalanya yang mirip dengan penyakit pernapasan lainnya seperti pilek, flu, dan bronkitis.
Apabila kamu mengalaminya, jangan panik dulu. Sebab, ada sejumlah cara menghilangkan batuk rejan yang bisa kamu coba, seperti:
1. Mengonsumsi obat
Batuk rejan bisa dihilangkan dengan mengonsumsi obat antibiotik. Antibiotik akan bekerja membunuh bakteri penyebab penyakit, sekaligus mencegah penyebarannya.
Selain antibiotik, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengatasi gejala batuk rejan. Contohnya obat batuk, obat pilek, dan obat demam.
2. Perawatan secara mandiri di rumah
Selain mengonsumsi obat, cara menghilangkan batuk rejan berikutnya yakni dengan melakukan perawatan di rumah. Perawatan batuk rejan meliputi:
- Minum lebih banyak cairan untuk menghidrasi tubuh.
- Pastikan tubuh mendapat istirahat yang cukup.
- Menggunakan pelembap udara.
- Konsumsi makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, sehingga proses pemulihan lebih optimal.
3. Perawatan di rumah sakit
Apabila batuk tidak kunjung mereda setelah mengonsumsi obat, dokter mungkin akan melibatkan sejumlah tindakan medis untuk mengetahui batuk, serta melihat lebih dalam ke area tenggorokan dan paru.
Tindakan perawatan ini meliputi:
- Rontgen dada untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah di paru-paru. Jika terdapat masalah di paru-paru dan pengidap kesulitan bernapas, dokter akan memberikan oksigen atau alat bantu napas.
- Melakukan analisis dahak untuk mengetahui risiko penyakit TBC. Apabila ditemukan dahak, maka akan dilakukan penyedotan lendir agar saluran napas menjadi lebih nyaman dan batuk mereda.
- Tes darah untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi di tubuh pengidap batuk rejan.
- Melakukan CT-Scan untuk pemeriksaan mendalam terkait saluran udara dan dada.
- Pemantauan esofagus oleh dokter spesialis paru di rumah sakit.